Aku terlahir dari keluarga sederhana, hidup
secukupnya dan bertindak seadanya.
Bertahun tahun kesederhanaan itu menjadi icon utama
dalam perjalanan hidupku.
Beranjak dewasa, lambat laun kesederhanaan itu
lambat laun menguap dan hilang ditelan usia, bukan kesederhanaan materi yang
membuatku berubah menjadi tamak, bukan kesederhaan derajat yang membuatku
berubah jadi angkuh, tapi kesederhanaan akan pemahaman hidup yang membuat
kesederhanaanku jauh dari kesederhaan.
Disaat kedewasaan itu menjalani prosesnya, disaat
itu pula keingintahuanku akan cinta.
Siapa sih yang tidak tao cinta itu
apa,bagaimana,dan mengapa. Tapi aku baru memulai untuk tao akan hal itu. Terlambat?
Pastinya tidak, karena belajar akan sesuatu tentu tidak mengenal waktu ataupun
usia seseorang bukan?
Belajar dari melihat dan mendengar, aku mencoba
memikirkan apa itu cinta yang dalam persepsi banyak orang cinta itu selalu
indah...
Awalnya aku bingung antara cinta dan sayang, apakah
pengartiannya sama ataukah berbeda? Karena kesederhanaan hidup yang membuat diriku memberikan kasih sayang yang
sama terhadap semua orang yang kukenal..
Kembali aku belajar dari melihat dan mendengar...
Ternyata cinta itu deskripsi dari perasaan sayang
dengan bobot yang lebih dari sayang itu sendiri. Bingung..pasti..karena cinta
itu ternyata tidak cukup untuk kupelajari hanya dengan melihat dan mendengar.
Persiapan cukup, amunisi cukup dan akhirnya aku
menggerakkan pkiranku untuk mengenal cinta dengan cara mendekatkan diri ke
seorang gadis, kita sebut saja dia dengan panggilan gadis #1
Singkat cerita tanpa perlu kujelaskan perjalananku
bersamanya dalam mengetahui arti cinta kudapatkan perasaan pahit, pahit untuk
mengalami keputusasaan akan hubunganku dengan dirinya dengan berbagai alasan...
lantas bagaimana dengan pelajaran dari makna cinta yang harus kucari tahu? Hmm..
cinta di masa itu ternyata terlalu panas sehingga tak sanggup untuk selalu
kugenggam. Kehangatan dan kenyamanan yang menurutku sudah cukup kuberikan
ternyata jauh dari cukup untuk menghangatkan cinta itu... cinta itu butuh
sesuatu yang lebih dari semua yang aku lakukan dan berikan agar ia tetap selalu hangat dan tetap tertata rapi
disana tidak berubah menjadi panas atau malah menjadi dingin beku.
Kebingungan kembali mendera karena aku masih belum
mendapatkan jawaban akan cinta, bagaimana menjaga cinta tersebut...
Kembali aku belajar dari melihat dan mendengar...
walaupun mungkin tak cukup tapi kudapat jawaban
bahwa cinta itu suatu ikatan yang harus selalu dekat.. lantas bagaimana jika
jarak memisahkan? Apakah kedekatan merupakan suatu kewajiban?
Kembali kuberanikan diri untuk belajar akan cinta
bagian kedua, tentunya dengan gadis berikutnya dengan nama gadis #2. Aku ingin
tahu apakah benar dekat itu wajib, lantas apakah tidak mungkin untuk menjaga
cinta walau terhalang dimensi ruang dan waktu?
Seiring berjalannya proses tersebut, terbersit
senyum dari bibirku karena cinta seperti ini ternyata berbeda, aku jadi punya
kosakata baru yaitu kangen, hasil dari pembuktian bahwa cinta itu juga bisa
dirawat walaupun saling berjauhan. Kangen itu seperti cabe, jika dimakan pedas
dan secepat mungkin kita membutuhkan air untuk menghilangkan rasa pedas
tersebut, air itulah cinta.
Lumayan lama aku menikmati pelajaran cinta dengan
metode ini, namun kembali akhir yang kudapat yaitu pahit.
Kembali kubelajar dari melihat dan mendengar...
Ternyata cinta itu semakin rumit, cinta itu
bercabang, cinta itu tanpa kusadari juga bisa berbentuk topeng kebohongan. Aku Cuma
berpikir bahwa cinta itu jujur karena
tulus kujalankan, cinta itu tidak harus memiliki gelar untuk kuraih, cinta itu
tidak perlu pangkat untuk kugapai..namun kenyataannya.................
Cinta hanya dimiliki oleh orang-orang yang tidak
sederhana sedangkan aku masih dalam kesederhanaan. Cintaku dipertanyakan dengan
gelar, masa depan, dan materi yang kuraih..diriku ibarat sebuah produk apakah
layak untuk dipasarkan dan berbuah untung yang menggiurkan.
Timbul keraguan dalam kesederhanaanku selama ini,
haruskah aku memiliki topeng untuk menutupi kesederhanaanku ini agar aku bisa
benar-benar mendapatkan cinta yang hakiki? Pribadi seperti diriku tidak
diterima jaman, pribadi seperti diriku diludahi kultur kehidupan yang kompleks
akan kebohongan.
Tak mudah bagi diriku untuk putus asa dan aku tetap
bertahan dalam kesederhaanku hingga akhirnya aku menemukan gadis #3 dengan usia
yang sangat muda dan aku bertanya-tanya bagaimana kisahku dengan gadis #3 ini.
Kuperkenalkan kesederhanaanku, kuberikan kehangatan
sesuai kemampuanku dan pastinya kuberikan juga jarak dengan harapan
mendatangkan rasa kangen yang menurutku rasa yang membingungkan namun indah
untuk didapatkan...
Lama kuberjalan dengannya dengan cerita yang penuh
warna, corak yang beragam yang susah tuk dijelaskan, begitu kompleks akan
cerita..
Aku akhirnya tahu apa itu cinta yang pantas untuk
kumiliki...
Cinta itu tulus......YA
Cinta itu lembut.....Ya
Cinta itu manis......Ya
Namun cinta itu juga terkadang pahit dan aku pun
juga menjawab YA
Cinta itu menghargai....
Cinta itu percaya....
Cinta itu berbagi....
Dan Ya kumenjawab bahwa cinta itu mengubah hidupku.
Karena cinta yang kupelajari hampir sempurna, maka
kuputuskan bahwa diriku senantiasa rela memberikan segalanya untuk dirinya,
kukorbankan apa yang kupunya, dan kuserahkan semua yang kubisa...
Dan di penghujung cerita menutup usia aku
bersedia.....
Bersedia untuk menikahinya, karena dengan
menikahinya maka aku akan menjadi manusia sempurna dan memilikinya
sepenuhnya...
Aku cinta dia
Tidak lagi gadis #3 tapi dia memiliki nama
penghangat jiwa ^^
PANJANG BANA DA GEP
BalasHapusskali2 panjang ●๋•нι..нι..нι..●๋•
BalasHapus